Menikah adalah salah satu Sunnah Rosul yang sangat dianjurkan oleh Islam, merupakan amal penyempurna setengah Dien…
Menikah, satu kata yang mungkin sangat membuatku merasa tak nyaman mendengarnya dikala usiaku masih menginjak usia remaja, 7 tahun silam. Aku merasa bahwa menikah adalah salah satu tindakan paling bodoh bagi para remaja yang masih memiliki masa depan panjang. Karna kala itu aku juga masih dalam masa-masa kelulusan SMP (baca: MTs).

Kata menikah memang sempat membuatku merasa alergi bahkan jijik jika mendengarnya. Alasannya cukup beraneka ragam:

1. Bahwa pada masa-masa tersebut kita masih memiliki masa depan panjang dalam mengarungi perjalanan kita untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman

2. Aku menganggap bahwa menikah adalah jalan terakhir ketika masa-masa pasca kelulusan sekolah, mereka tak memilki pilihan lain selain dengan jalan menikah. Bisa jadi karna factor tidak memiliki skill pekerjaan, atau karna tak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan, atau karna ada rasa malas untuk belajar dan menggali pengalaman lebih jauh, atau yang terakhir karna factor “Perjodohan” dari pihak orang tua, jadi mau tidak mau mereka harus mengikuti kemauan orang tuanya tersebut.

3. Aku menganggap bahwa jalan menikah saat itu adalah pola pemikiran yang “KOLOT” dari para pelaku pernikahan atau orang tua, karna apa yang ada dalam fikiran mereka adalah bahwa kehidupan kita (terutama bagi para kaum perempuan) pada akhirnya berujung di gerbang pernikahan (pendapat ini tidak ada salahnya) namun jika kita kaji lebih dalam sesungguhnya kita belum cukup bekal dan ilmu dalam menunaikan Sunnah Rasul tersebut. Bahkan salah satu rekankuku mengatakan bahwa “tak ada gunanya kita melanjutkan sekolah, karna toh pada akhirnya kita bakal menjadi ibu rumah tangga yang kerjaanya hanya mengurusi rumah dan dapur (Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda tak sanggup menerima pernyataan rekanku tersebut, karna aku masih memiliki pandangan jauh ke depan dalam mencari bekal dengan menuntut ilmu dan mencari banyak pengalaman demi masa depanku kelak).”

4. Jika sudah menikah, maka tahap selanjutnya adalah kita bakal memiliki anak. Tak bisa kubayangkan, jika pada masa usia remajaku dulu, usia yang masih relative muda, kita sudah dibebankan dengan masalah rumah tangga, terutama masalah anak. Merasa bahwa kedua beban tersebut tak kuasa aku tanggung karna apa yang ada dalam fikiranku, menikah adalah satu hal yang membuatku risih jika mendengarnya.

5. Alasan yang terakhir adalah menyangkut BUDAYA dan POLA PIKIR masyarakat awam. Bahwa hakikat kehidupan kita ini adalah bagaimana kita pintar dalam menghidupi diri sendiri dan keluarga. Hidup adalah untuk mencari uang, makan, mengurus anak, mengurus rumah, dan lain sebagainya. Padahal hakikat dari kehidupan kita di dunia ini adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah (mungkin pemikiran ini belum kusadari sejak dulu). Pola pikir masyarakat yang sudah turun temurun terutama bagi mereka yang masih awam (bisa jadi karna factor tradisi, dan yang paling mempenaruhi adalah karna factor pendidikan yang masih tergolong rendah)

Haha… Menikah… Begitu rendahnya aku dulu memandang istilah tersebut. Padahal nilai ibadanya tinggi, yakni melaksanakan separuh agama (Keren bukan??).
Kini, ketika aku sudah menginjak usia dewasa, terutama pasca kelulusanku dari kuliah, ternyata secara alami dan seiring bergulirnya waktu, fikiranku mengarah kepada “PERNIKAHAN” yang menjadi impian setiap insan di dunia. Ketika istilah itu terdengar di telingaku, seolah-olah ia mampir dan mengendap dalam memori otakku, hatiku jadi merinding dan berdebar-debar acapkali mendengarnya.

Ya, rupanya aku juga ingin menikah. Aku sangat menginginkan masa-masa yang tak tahu takdir akan menemukanku dengan siapa, di mana dan kapan akan terjadi. Dulu aku berfikir menikah hanya untuk menikmati fitrah lahir manusia yang sudah dirundung asmara dan cinta yang merasuki jiwa. Namun, ketika kutahu bahwa menikah bukanlah untuk menjadikan kita dari muhrim menjadi muhrim, karna bahasan menikah sangat luas terutama kaitannya dengan apa yang akan kita lakukan setelah akad dan waalimah terselenggara. Komitmen bersama harus dibangun sebelum pernikahan itu terjadi. Masalah cinta, justru biasanya terjadi setelah pernikahan ketika masing-masing sudah sangat mengetahui hingga ke akar-akarnya.

Pernikahan itu begitu suci. Wajar jika Islam mengaturnya dengan hukum yang sangat ketat. Banyak sekali penjabaran-penjabaran mulai dari pra, saat dan pasca pernikahan. Semua sudah diatur secara lengkap oleh Allah dalam kitab suci Al-Qur’an serta sunnah Nabi yang menjadi pedoman kita dalam bertindak terhadap segala hal yang menyangkut kehidupan kita di dunia ini.

Pada intinya, ajaran islam adalah Rohmatan Lil ‘Alalamiin. Semua hukum yang sudah ditentukan oleh Allah adalah semata-mata demi kebaikan seluruh makhluk-Nya, terutama kita sebagai seorang manusia yang dibebankan amanah oleh Allah dalam memakmurkan jagad raya ini. Bahkan dalam urusan pernikahan pun Islam tidak memberatkan pemeluknya. Asalkan kita melaksanakannya sesuai dengan tuntunan. Berbeda dengan adat-adat yang acapkali mengatur proses pernikahan hingga walimahan dengan seabrek-abrek tradisi yang terkadang justru sangat memberatkan oleh salah satu atau bahkan kedua belah pihak, hinnga terkadang pernikahan gagal dilakukan karna budaya yang begitu primitive tersebut.

Dan, ketika orang-orang terdekatku tengah melangsungkan pernikahan, hanya rasa iri yang sering muncul dalam hatiku seraya berfikir “Kapan aku bisa menyusul mereka?” Bahkan aku terkadang membayangkaan siapa kelak pemuda yang akan menjadi suamiku, apakah orang-orang terdekatku ataukah justru Allah mempertemukanku dengan sosok yang tidak aku duga-duga sebelumnya.

Kapan aku akan menikah…????

Karna aku sempat berfikir tujuan-tujuan yang hendak kucapai tatkala aku sudah memasuki gerbang pernikahan. Harapan yang cukup umum dan sering dijabarkan oleh berbagai pihak yang akan melangsungkan pernikahan, yakni:

“Membangun rumah tangga yang harmonis (sakinah, mawaddah warohmah). Menjadi keluarga yang bermanfaat untuk agama, masyarakat, bangsa dan negara. Menjadikan keluarga sebagai jembatan ilmu dan meraih Surga Allah. Memiliki anak-anak yang sholih dan sholiha yang berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara. Akan kujadikan pernikahan ini sebagai jembatan menuju kebaikan, memperoleh ridho dan maghfiroh dari Allah, memperbaiki dan mengembangkan diri lebih jauh untuk agama dan saudara-saudaraku. Kujadikan keluarga ini sebagai media untuk berilmu dan beramal, bershodaqoh dan semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta, Allah Subhanahu Wa-Ta’ala.”

Semoga kita senantiasa diberikan pendamping oleh Allah sebaik-baik pendamping dari-Nya, IMAM yang senantiasa selalu berdiri di depan kita, sosok yang akan menngandeng kita menujun Surga Allah… Aaamiiin…
^_^

Read More
Diposting oleh Milania Az-Zahra on Selasa, 30 November 2010
1 komentar
categories: | edit post



Pagi yang cerah, secerah hati yang memancarkan ketulusan dan kasih sayang… ^_^
Setelah membersihkan diri dengan kesegaran dan kejernihan air asli PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), saatnya kubuka pintu dan jendela, menyaksikan keindahan alam di kala pagi buta yang cerah. Kukeluarkan kendaraan tempurku menuju teras rumah, yang akan menemaniku berpetualang di pagi hari, mencari udara segar, mengamati kehidupan, menikmati suasana Jogja yang selalu berhati nyaman.

Saatnya kumengayuh sepedaku mengarungi jalanan di gang perumahan Condong Catur yang asri dan nyaman. Diawali dari masjid “Quwwatul Islam” yang tepat berada di depan rumah yang kujadikan tempat peristirahatan sementara beberapa jam silam.

Kunikmati perjalananku dari gang ke gang, menyusuri jalanan menuju tempat peristirahatan kendaraan-kendaraan umum Jogja “Terminal Condong Catur”. Aku terus mengayuh sepedaku menuju arah utara, terus berjalan menikmati pagi yang ternyata telah terselimuti mendung serta kabut vulkanik. Tiba-tiba gerimis mengundang di tengah perjalananku. Aku pun mencari tempat berteduh sementara, menunggu redanya gerimis yang setengah hujan yang kala itu sedang beraksi.



Hmmm… Kebetulan di leherku sudah tergantung camera yang sengaja kupinjam dari seorang temanku untuk mengabadikan moment pagi itu. Tapi di sekitar tempat teduhku tak ada sesuatu yang menarik untuk kujadikan potret kenang-kenangan… Sambil terus menunggu, aku hanya bisa mengamati jalanan di depanku, memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang sebagai tanda bahwa masyarakat Jogja sudah memulai beraktifitas di pagi hari, meski belum begitu tampak kendaraan yang hiruk pikuk seperti saat-saat siang hari mulai menjemput.




Setelah beberapa menit berlalu, Alhamdulillah gerimis yang setengah hujan itu mulai reda dengan meninggalkan bercak air di jalanan walau tidak membanjiri. Aku pun melanjutkan perjalananku menuju tempat yang tak tahu aku tuju. Aku hanya menyusuri jalanan yang bisa kulewati bersama sepeda yang setia menemaniku. Aku terus mengikuti arah jalanan yang tak tahu akan menuju ke mana, hanya jalanan buntu yang nantinya bisa menghentikan laju sepedaku. Namun, jalan terus menunjukkan eksistensi mereka yang selalu dinikmati oleh pelalu lalang di sekitar perumahan tersebut.

Aku terus menikmati perjalananku, sambil menebarkan senyum TERMANISKU untuk orang-orang yang kutemui di sana…hehehe… Hingga pada suatu ketika… eiiitsss!! di suatu tempat aku bertemu dengan sosok yang paling aku benci dan aku takuti di Jogja… Ya, itulah di ‘DOGI’ yang tiba-tiba sedang lewat dari arah depanku. Ooops! Aku hanya terpaku dan terdiam melihatnya, meski jarak kita tidak terlalu dekat. Ingin ku tetap maju melangkahkan roda sepedaku, namun takdir berkata lain… Si ‘DOGI’ malah berbalik jalan menuju arahku, daaan… SPONTAN aku pun terbirit-birit segera menancapkan GAS kecepatan tinggi menuju ke suatu tempat yang aman dari kejaran. Aku pun langsung berbelok menuju gang yang juga tak tahu akan mengarahkanku ke mana. Aku hanya terus berjalan tanpa peduli akan kemana, bagaimana dan seperti apa, karna yang terpenting bagiku saat itu adalah KESELAMATANKU dari kejaran makhluk yang selalu mengahantuiku jika aku telah bertemu dengannya, Si ‘DOGI’ (maaph ya DOG… bukan bermaksud diskriminasi, tapi kita berada di Negara ‘DEMOKRASI’ hehehe… ngaco!) :D :D :P.

Hmmm… Alhamdulillah, jantungku yang semula DAG, DIG, DUG DERR segera kembali ke posisi normal. Aku pun kembali bersantai ria mengayuh sepedaku, menyusuri kembali jalanan yang pagi itu sangat kunikmati. Keindahan Jogja yang membuatku jatuh cinta tak akan menghentikan lajuku. Jauh aku melangkah memutari kawasan yang baru pertama kali aku niikmati setelah 4 tahun lamanya hidup di Jogja berhati nyaman ini. Dari jauh sayup-sayup terdengar suara Takbir yang kadang membuat hati siapapun tergetar dan menangis. Ya, kebesaran Allah yang selalu menjadikan kita manusia yang selalu mengucapkan takbir atas-Nya…

Hari ini memang hari special dan paling membahagiakan bagi para FAKIR MISKIN di seluruh dunia. Meskipun masih ada hari esok yang juga merupakan hari ketetapan ‘Idul Qurban dari pemerintah. Namun,bukan perbedaan yang lantas membuat hati ini serasa terbelah menjadi 2, tapi kusadari keindahan Islam yang selalu membawa kebahagiaan manusia di muka bumi bagi mereka-meraka yang selalu ber-IMAN dan ber-TAQWA kepada Allah swt.

Ok, back to topic!
Aku akhirnya menemukan sebuah jalan yang membuatku tertarik untuk memasukinya. Seperti di kawasan elit yang membuatku terus penasaran… Hingga pada suatu ketikaaaaa… rupanya aku kesasar memasuki jalan BUNTU. Di situ aku hanya bisa melihat bangunan besar mirip kampus yang di depannya bertuliskan “TEMPAT PELATIHAN MERAPI” (kurang lebihnya sseperti itu). Hehehe… kali ini aku mempermalukan diri sendiri dengan sok-so’an memasuki kiawasan yang sebenarnya bukan untuk dimasuki orang umum… SPONTAN aku mati GAYA *Hadooohh…!!! Mau di bawa kemana mukaku yang MANIS dan IMUT ini :P* Dan, untuk menghilangkan semua itu, aku berfikir keras untuk bisa menciptakan tak tik yang bisa memulihkan kepercayaan diriku di tengah orang yang berada di sana (meskipun hanya 1-2 orang), tapi akhirnya aku teringat akan sesuatu, ‘CAMERA’ yang tergantung di leherku… Hehehe, pura-pura aja aku sok-so’an seperti TURIS yang sengaja datang ke sana untuk mengambil GAMBAR bangunan itu. Hehehe…lumayan aman lah untuk HARGA DIRIKU yang hampir lenyap tertelan GUNUNG MERAPI…ckckckck… :D :D :P







Ok, setelah GAYA TURISKU selesai, aku pun sesegera mungkin meninggalkan tempat yang hampir membuat TRAUMA seumur hidupku…hehehe. Langsung TANCAP GAS kecepatan tinggi… :D :D :P
Kemudian aku terus menyusuri jalanan, menuju gang-gang yang tak kukenal, melewati jembatan kecil yang tiba-tiba mengingatkanku pada masa-masa PEMILU yang kala itu aku dan beberapa temanku mengikuti kegiatan jalan sehat yang diselenggarakan oleh pihak partai tertentu di kawasan Perumnas Condong Catur, 2 tahun silam. Ketika aku terus berjalan, kulihat masyarakat tampak rapi dan bersih dengan sajadah yang tergenggam erat di tangan meraka. Ya, lagi-lagi hati ini tergetar, Islam telah menyatukan umat manusia melalui moment bahagia di ‘Idul Qurban yang hadir di setiap tahunnya. Meski tak seramai di kala ‘Idul Fitri tiba, atau tak semeriah suasana haji di Makkah, namun inilah Islam yang selalu membawakan kedamaian bagi seluruh umat manusia di dunia.

Hmmm… Setelah lelah memutari kawasan yang begitu asing bagiku, akhirnya aku kembali ke tempat semula, tempat di mana aku berteduh kala gerimis setengah hujan pagi itu. Selanjutnya aku mengayuh sepedaku menuju arah Barat. Pada mulanya aku hanya ingin melihat tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat favorit para anak muda untuk menyelenggarakan acara-acara bertemakan anak muda, “Taman Kuliner”. Karna sampai sekarang aku belum pernah melihat tempat itu secara langsung menggunakan mata kepalaku sendiri. Aku hanya mendengar cerita-cerita dari teman-temanku yang pernah datang langsung kesana.

Setelah berputar-putar, alhasil ternyata aku tidak menemukannya. Aku hanya berputar-putar dan terus berjalan mengayuh sepedaku hingga hampir menuju jalan Kaliurang (hahaha… mau bunuh diri ya nenk??? :P :P )Hmmm…ketika kaki ini sudah terasa capek dan pegal-pegal, akhirnya aku memutar balik sepedaku,,, Daaan…. *Apa yang terjadiiiii???????*

Read More
Diposting oleh Milania Az-Zahra on
0 komentar
categories: | edit post




Hari itu adalah hari paling membahagiakan bagi seluruh umat Muslim di dunia, terutama bagi para kaum Dhu’afa yang senantiasa mendapatkan rahmat oleh Allah SWT.
Pagi dini hari seperti biasa, aku terbangun di jam yang kurang tepat, jam 02.00 WIB, terlalu pagi buat diriku yang notabene tiap malam tak akan bisa tidur lebih awal. Alhasil, ketika ku terbangun, hanya 1 yang sempat teringat di dalam memoriku, hingga reflek membuatku melakukan hal yang tak kusengaja… ‘PONSEL’ di sampingku menjadi sasaran empuk tanganku untuk kupijit-pijit… Daaan… “SMS sent…”

Ya, Allah aku ingin ketika diri ini terbangun hanya nama-Mu yang selalu kuingat, hanya kebesaran-Mu yang ingin selalu kurenungkan sehingga tak lupa ku mengucapkan TAKBIR dan TASBIH atas-Mu, hanya Rahmat dan karunia-Mu yang ingin selalu kuingat dan kutanamkan dalam hati ini, sehingga ketika kuterbangun bibir ini spontan mengucapkan TAHMID atas-Mu. Biarlah yang lain mengikuti alur yang Engkau skenariokan untuk Hamba-Mu ini, sehinnga Hamba hanya akan menempatkan Engkau setinggi-tingginya derajat yang kucinta, setelah itu Rasululloh shollalloohu ‘Alaihi Wasallam kekasih Engkau Ya Allah…

Ketika diri ini tersadar bahwa jam masih menunjukkan pukul 02.00 dini hari, dan ternyata mata ini juga masih sulit untuk digerakkan ke atas, maka saat itu pula aku kembali tersungkur dan terlelap dalam mimpi indah…

Hingga pada akhirnya… waktu telah menunjukkan pukul 03.00 dini hari… Alhamdulillah mata ini lumayan bisa diajak untuk berkompromi… Dan ia pun menuruti perintah dari syaraf otakku untuk senantiasa bangun di kala waktu yang sangat dianjurkan kepada kita semua untuk sesegera mungkin tersadar dari lelapnya tidur yang melenakan… Segera kuraih air suci untuk menyegarkan wajahku yang telah kusam-kusut tak beraturan ini… Daan saat itu pula aku merasa lebih segar dari sebelumnya…

Tatkala itu langsung kuraih notebook yang ada di depanku, aku memulai beraktifitas di pagi hari sembari mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an yang tersimpan di dalam harddisk serta menikmati indahnya lantunan TAKBIR yang kala itu dikumandangkan masyarakat berkenaan dengan datangnya hari raya ‘Idul Adha 1431 H. Tapi, lagi-lagi spontan ku hanya teringat facebook yang belum lama ini sedang melanda diriku… Alhasil, kunyalakan wi-fi, saatnya kuberkutat di dunia maya… Hmmm…hal ini hampir melenakan diriku hingga tak sadar aku telah terbuai dengannya sampai pagi cerah menyambut sukmaku.

Setelah aku terbosan dengan aktifitas di dunia maya, aku pun segera membersihkan diri, karna pagi itu aku harus bisa mengikuti ceramah ‘KHUTBAH’ ‘Idul Adha bersama kawan seperjuanganku di Staduin Maguwo Harjo, Sleman, Yogyakarta. Karna memang kebetulan pagi itu Sri Sultan Hamengkubuono ke X hadir dalam sholat ‘Id yang diselenggarakan oleh para panitia bagi para pengungsi korban bencana Merapi dan warga sekitar yang ingin mengikuti sholat ‘Idul Adha di sana.

Walau aku hanya bisa mendengarkan ceramah ‘KHUTBAH’ tanpa bisa mengikuti jama’ah sholat ‘Idul Adha, namun diri ini bisa merasakan kebersamaan dalam persaudaraan seluruh umat Muslim yang tengah berkumpul bersama dalam menunaikan sholat yang hanya bisa dilaksanakan sekali dalam setahun… Dan, ini adalah kali pertama aku menyaksikan secara langsung prosesi sholat berjam’ah di tengah keadaan yang serba memprihatinkan pasca letusan Merapi beberapa hari silam… Namun, yang kulihat banyak senyum yang mengembang pada diri masyarakat walaupun mereka sedang berada di tengah-tengah pengungsian yang sudah mereka lalui lebih dari 2 pekan ini.

Aku dan teman-temanku hanya bisa duduk berjajar di belakang, menikmati keindahan suasana pagi itu. Hmmm… sambil poto-poto, akhirnya penantian untuk mendengarkan khutbah ‘Idul Adha datang sudah… Yach, walaupun materi yang disampaikan adalah hasil ketikan Ms.Word yang dibaca Khotib di depan para jama’ah, dan yang pasti membosankan dan bikin ngantuuuuk… yang pada akhirnya aku justru membaca buku tanpa mendengarkan sang Khotib berKhutbah…hehehe…

Dan ketika Khutbah usai, tak lupa sang Khotib membacakan do’a kepada kita semua, spontan lafadz ‘AAMIIN…AAMIIN…AAMIIN…’ kita ucapkan. Daan, akhirnya usai sudah prosesi sholat ‘Idul Adha berjama’ah dan ceramah Khutbah riyaya pagi itu. Tiba akhirnya semua jama’ah meninggalkan tempat untuk menuju rumah masing-masing bagi warga sekitar, dan menuju ke tempat pengungsian bagi warga yang pada saat itu masih berstatus sebagai pengungsi korban Merapi.

SPONTAN “Jeprat-jepret..Jeprat-Jepret”, para cameraman ‘atau’ PAPARAZI mengabadikan moment di kala Sri Sultan hamengkubuono X berjalan menuju mobil pribadi *atau mobil dinas???* dan SPONTAN pula para wartawan mengerubungi untuk segera mendapatkan suara beliau dalam rekaman yang sudah jauh-jauh jam dipersiapkan itu.
Daaan…. Akhirnyaaaaa…. **gitu aja dulu yach…dah capek…**

Read More
Diposting oleh Milania Az-Zahra on
0 komentar
categories: | edit post



Ketika aku masih berusia belia, kaka’ku menanyakan satu hal padaku: “Jika kau besar nanti, apa yang ingin kau lakukan wahai adikku?”, aku hanya bisa menatap kaka’ku pelan, sambil mencari jawaban yang tepat, dan aku pun menjawab dengan jawabanku yang polos dan sederhana “Kak, aku hanya ingin sekolah sampai tingkat tinggi.” Itulah jawaban sederhana yang dulu sering terbersit dalam fikiranku. Dan, untuk apa aku ingin bisa sekolah tinggi, dulu aku hanya memiliki alasan yang cukup sederhana: ‘aku ingin bisa tampak lebih keren dari pada teman-temanku, bisa lebih terlihat seperti orang hebat (walau sebenarnya kuliah tidak memberikan jaminan pada setiap orang agar bisa menjadi orang hebat)’.

Tapi itulah impianku dulu, impian yang mungkin mustahil bisa aku raih, karna aku bukanlah sosok yang terlahir dari keluarga berada. Makan saja susah, apalagi sampai berfikir untuk kuliah. Bahkan bisa sekolah hingga Lanjutan Atas pun Alhamdulillah.

Jadi teringat pada satu waktu, ketika bulan ramadhan sedang menyambut seluruh umat Muslim di dunia, kala itu usiaku masih sangat belia, usia kelas 4 SD. Ketika itu aku masih belum bisa puasa secara sempurna, kadang 1 hari penuh, kadang hanya bisa berjalan setengah hari. Teringat pada suatu hari aku tidak diikutsertakan sahur bersama keluarga di rumah. Alhasil…aku pun tertidur pulas sampai pagi menjemput, tanpa ada seorang pun yang membangunkanku untuk sahur. Rasanya ‘DONGKOL’ plus MARAH plus KECEWA…!! Bagaimana tidak?? Puasaku yang seringnya hanya bisa kutempuh setengah hari, ingin ku bisa puasa 1 hari penuh , tapi ternyata tidak didukung dengan logistik makan sahur… Dan, ketika kutahu kenapa, ternyata alasannya hanya sederhana ‘tidak ada lauk yang bisa digunakan untuk makan sahur’, waktu itu ibu, ayah dan kakak-kakakku hanya memakan nasi dengan sambal korek campur kemiri (huuuuhhh, gimana rasanya ya??)
*Dari sini aku diingatkan akan pentingnya bersyukur ketika kita masih diberikan keni’matan berupa rizqi makanann yang bisa kita rasakan dan kita nikmati hingga detik ini*

Waktu kecil, aku memang bisa dibilang anak bandel yang super hiperaktif. Apa saja yang tertangkap oleh panca indera mataku dan kulihat tampak menarik, pasti akan kutiru. Seperti:

1) Aku suka melihat orang sedang merias pengantin. Hal yang sama sering aku tiru, meski hanya bermodal bedak bubuk plastic, spidol (untuk membuat alis), dan air (untuk dijadikan hairspray), alhaasil teman-teman sekitarku yang menjadi korban ambisiku untuk menjadi seorang perias pengantin… hasilnya…??? *Bisa dibayangkan sendiri seperti apa hasil riasanku* :D

2) Aku juga sangat senang melihat orang sedang menata dekorasi pengantin. Sering sekali jika ada salah satu tetanggaku yang sedang memiliki hajat PERNIKAHAN anaknya, aku tak pernah ketinggalan untuk melihat proses pemasangan dekorasi pengantin yang akan digunakan mempelai keesokan harinya. Bahkan aku rela menunggu berjam-jam hingga larut malam demi melihat proses pendekorasian sampai selesai… Kalau aku begadang hingga larut malam seperti ini, biasanya aku menjadi langganan kemarahan orang tuaku. Tapi tetap saja tak pernah aku dengarkan dan aku ulangi hari-hari berikutnya*SAKING BANDELNYA* :D
Bahkan aku pernah mencoba bereksperimen untuk menciptakan dekorasi hasil ciptaanku, yang bermodal kain jarik, paku, tali rafia dan tanaman-tanaman ijo yang ada di depan rumahku. Sering aku didamprat habis-habisan, karna sudah merusak suasana ruang tamu yang pada mulanya sudah berantakan tapi karna hasil kerjaanku, ruang tamu kujadikan mirip seperti gudang. Setelah dinasehati, lagi-lagi itu tidak mempan, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri *LAGI-LAGI AKU MENGKOLEKSI SIFAT BANDEL YANG TIADA DUANYA*

3) Hmmm… Ketika kelas 1 SD (atau mungkin belum masuk sekolah dasar), waktu itu aku sudah menjadi murid TPA. Aku pernah diikutsertakan dalam lomba anak-anak dalam menghafal do’a-do’a pendek sebelum melaksanakan aktifitas, seperti do’a sebelum makan, setelah makan, sebelum tidur, dll… Alhamdulillah, waktu itu aku berhasil menyandang ‘JUARA PERTAMA’ di desaku (Padahal sejujurnya aku belum pernah tahu do’a-do’a tersebut, lupa juga siapa yang mengajarkan waktu itu, kapan dan di mana… tahu-tahu lomba sudah berlangsung)
Aku pun mendapatkan hadiah berupa 5 buku tulis, 3 pensil, 1 bulpoin dan 1 penghapus kecil… waktu itu bukan main girangnya diriku. Dan… apa yang kulakukan?? Ternyata buku-buku hadiah yang telah aku dapatkan tidak bisa bertahan lama. Setiap halaman dari setiap jumlah lembar kertas buku tersebut sudah aku penuhi dengan lukisan-lukisan terbaikku waktu itu. Gambar-gambar abstrak seperti ‘CACING’ yang tiada ujung ekornya… 5 buku habis dalam kurun waktu yang tidak lama. Daaan… seperti biasa aku mendapatkan hadiah menarik dari keluargaku berupa ‘DAMPRATAN’ dan ‘NASEHAT’ yang lagi-lagi tak pernah aku pakai… *AKU TETAP KONSISTEN DENGAN PRINSIP KEBANDELANKU*

4) Masih ada bergudang-gudang cerita ‘KEBANDELANKU’ yang telah aku ciptakan sewaktu kecil. Termasuk membuat perkemahan dari terpal, masak-masa’an di kebon bamboo, hujan-hujanan sampai sakit, motongin kain jahitan kakakku menjadi bentuk yang tak karuan, main konser-konseran anak-anak sampai nginjek-injek meja tamu yang kujadikan sebagai panggung, main pengajian-pengajian’an, main toko-tokoan, petak umpet sampai lupa belajar, suka main dan mandi di kali (sampai aku dijuluki ratunya ‘MANDI di KALI’ sering dimarahi juga sama keluarga dan tetanggaku, tapi tetap saja ‘MENTALL’… :D)…dll, Semua kebiasaanku itu telah sangat mengganggu keharmonisan keluargaku… *Aku memang sosok yang suka bikin onar dan ribut…*
Bahkan ada yang lebih parah, ‘AKU PERNAH MELEMPAR TEMANKU (LAKI-LAKI) PAKAI BATU HINGGA KEPALANYA BERDARAH’, Alhasil, aku pun menjadi bulan-bulanan kemarahan keluargaku, teman-temanku hingga keluarga si anak yang menjadi korban ‘KEGANASANKU’

Pernah juga suatu ketika ayahku memotong rambutku hingga dicukur seperti laki-laki (secara, ayahku dulu pernah berprofesi sebagai tukang cukur, walau profesi sesungguhnya adalah seorang PETANI), akhirnya aku histeris dan menyesali hasil cukuran ayahku… Bibirku hanya bisa manyun-manyun, dan hampir tiap hari aku menjadi bahan ejekan teman-teman sekampungku, mereka puas akhirnya bisa mengejekku yang notabene aku suka bikin hal-hal aneh di sekitar mereka… *Duuuh,, malang nian nasibku…:(*

Cerita-cerita pengalaman kecilku kini menjadi kenangan yang tak terlupakan ketika aku sudah menginjak di usia sekarang. Ada hal-hal yang bisa kujadikan renungan, banyak hal yang bisa kuambil ibrohnya, dan beberapa justru bisa menjadi kenangan terindah yang kadang membuatku tersenyum-senyum sendiri kaya orang Stresss…ckckckck :D, memang indah ketika kita memiliki masa kecil yang membahagiakan, walaupun pada kenyataannya dulu sering membuat masalah. Namun, yang tak bisa kubayangkan adalah ‘GIMANAAA RASANYA ORANG TUAKU DULU MENGHADAPI SIKAPKU YANG SUKA BIKIN RUSUH, PUSING TENTUNYA…ckckckckck :D’

Jika kuputar kembali memoriku menuju masa lalu, ternyata baru kusadari sungguh besar ‘ANUGERAH’ yang telah Allah berikan padaku untuk sekarang ini. Aku bisa melanjutkan studiku hingga perguruan tinggi, bisa berbaur dengan soso-sosok luar biasa yang kutemui di sini (Yogyakarta) yang dulu belum pernah kutemukan di sana (Jepara), aku bisa mengambangkan diriku lebih jauh saat-saat aku menjadi mahasiswa di kampus ungu tercinta, walau sesungguhnya masih buuuanyak ilmu yang belum kusentuh.. Namun, yang terpenting bagiku adalah pengalaman yang tak terlupakan, karna pengalaman adalah guru yang terbaik. Justru dari pengalaman kita bisa belajar, kita bisa memetik hikmah dalam setiap kejadian yang kita alami, kita bisa menjadikan pengalaman kita sebagai kenangan yang tak terlupakan dalam memori kita hingga kita dewasa dan menikah nantinya. Paling tidak… ada cerita buat anak-anak atau cucu-cucu kita kelak nantinya…hehehe

Dan, ketika seandainya aku ditanyakan kembali oleh kakakku ‘Apakah aku sudah mencapai impian-impianku yang dulu hampir cuma sebagai angan-angan belaka?’, mungkin aku hanya bisa menjawab bahwa aku sedikit sudah merasakan apa yang telah kuimpikan dulu, namun masih banyak yang belum kuperoleh dan kupersembahkan terutama untuk dirinya (kakakku) dan keluargaku. Hampa rasanya ketika aku belum bisa berbuat yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain. Ketika aku masih belum bisa menjadikan hidupku bermanfaat untuk orang lain, mengabdikan ilmuku untuk masyarakat, membahagiakan keluargaku dengan kabar gembira yang aku bawa untuk meraka, aku merasa belum bisa dikatakan sebagai orang sukses. Aku masih harus banyak belajar lagi, meski apa yang akan kujadikan ilmu adalah tentang kehidupan ini… Aku akan merasa bisa menjadi sukses ketika aku berhasil diwisuda dalam sekolah kehidupan menjadi ‘SARJANA KEHIDUPAN’

Yogyakarta, 15 November 2010
05.15 WIB
At kamar favoritku “Asrama Pocut Baren”

*Pagi yang ceraaaaah… Janji mau ke tempat ‘MR’ ku…^^*

Read More
Diposting oleh Milania Az-Zahra on Selasa, 23 November 2010
0 komentar
categories: | edit post

About Me

Foto saya
I'm a simple woman... ^_^

Recent Post

Recent Comments

Guestbook (Cuap-cuap)


ShoutMix chat widget