Ketika aku masih berusia belia, kaka’ku menanyakan satu hal padaku: “Jika kau besar nanti, apa yang ingin kau lakukan wahai adikku?”, aku hanya bisa menatap kaka’ku pelan, sambil mencari jawaban yang tepat, dan aku pun menjawab dengan jawabanku yang polos dan sederhana “Kak, aku hanya ingin sekolah sampai tingkat tinggi.” Itulah jawaban sederhana yang dulu sering terbersit dalam fikiranku. Dan, untuk apa aku ingin bisa sekolah tinggi, dulu aku hanya memiliki alasan yang cukup sederhana: ‘aku ingin bisa tampak lebih keren dari pada teman-temanku, bisa lebih terlihat seperti orang hebat (walau sebenarnya kuliah tidak memberikan jaminan pada setiap orang agar bisa menjadi orang hebat)’.
Tapi itulah impianku dulu, impian yang mungkin mustahil bisa aku raih, karna aku bukanlah sosok yang terlahir dari keluarga berada. Makan saja susah, apalagi sampai berfikir untuk kuliah. Bahkan bisa sekolah hingga Lanjutan Atas pun Alhamdulillah.
Jadi teringat pada satu waktu, ketika bulan ramadhan sedang menyambut seluruh umat Muslim di dunia, kala itu usiaku masih sangat belia, usia kelas 4 SD. Ketika itu aku masih belum bisa puasa secara sempurna, kadang 1 hari penuh, kadang hanya bisa berjalan setengah hari. Teringat pada suatu hari aku tidak diikutsertakan sahur bersama keluarga di rumah. Alhasil…aku pun tertidur pulas sampai pagi menjemput, tanpa ada seorang pun yang membangunkanku untuk sahur. Rasanya ‘DONGKOL’ plus MARAH plus KECEWA…!! Bagaimana tidak?? Puasaku yang seringnya hanya bisa kutempuh setengah hari, ingin ku bisa puasa 1 hari penuh , tapi ternyata tidak didukung dengan logistik makan sahur… Dan, ketika kutahu kenapa, ternyata alasannya hanya sederhana ‘tidak ada lauk yang bisa digunakan untuk makan sahur’, waktu itu ibu, ayah dan kakak-kakakku hanya memakan nasi dengan sambal korek campur kemiri (huuuuhhh, gimana rasanya ya??)
*Dari sini aku diingatkan akan pentingnya bersyukur ketika kita masih diberikan keni’matan berupa rizqi makanann yang bisa kita rasakan dan kita nikmati hingga detik ini*
Waktu kecil, aku memang bisa dibilang anak bandel yang super hiperaktif. Apa saja yang tertangkap oleh panca indera mataku dan kulihat tampak menarik, pasti akan kutiru. Seperti:
1) Aku suka melihat orang sedang merias pengantin. Hal yang sama sering aku tiru, meski hanya bermodal bedak bubuk plastic, spidol (untuk membuat alis), dan air (untuk dijadikan hairspray), alhaasil teman-teman sekitarku yang menjadi korban ambisiku untuk menjadi seorang perias pengantin… hasilnya…??? *Bisa dibayangkan sendiri seperti apa hasil riasanku* :D
2) Aku juga sangat senang melihat orang sedang menata dekorasi pengantin. Sering sekali jika ada salah satu tetanggaku yang sedang memiliki hajat PERNIKAHAN anaknya, aku tak pernah ketinggalan untuk melihat proses pemasangan dekorasi pengantin yang akan digunakan mempelai keesokan harinya. Bahkan aku rela menunggu berjam-jam hingga larut malam demi melihat proses pendekorasian sampai selesai… Kalau aku begadang hingga larut malam seperti ini, biasanya aku menjadi langganan kemarahan orang tuaku. Tapi tetap saja tak pernah aku dengarkan dan aku ulangi hari-hari berikutnya*SAKING BANDELNYA* :D
Bahkan aku pernah mencoba bereksperimen untuk menciptakan dekorasi hasil ciptaanku, yang bermodal kain jarik, paku, tali rafia dan tanaman-tanaman ijo yang ada di depan rumahku. Sering aku didamprat habis-habisan, karna sudah merusak suasana ruang tamu yang pada mulanya sudah berantakan tapi karna hasil kerjaanku, ruang tamu kujadikan mirip seperti gudang. Setelah dinasehati, lagi-lagi itu tidak mempan, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri *LAGI-LAGI AKU MENGKOLEKSI SIFAT BANDEL YANG TIADA DUANYA*
3) Hmmm… Ketika kelas 1 SD (atau mungkin belum masuk sekolah dasar), waktu itu aku sudah menjadi murid TPA. Aku pernah diikutsertakan dalam lomba anak-anak dalam menghafal do’a-do’a pendek sebelum melaksanakan aktifitas, seperti do’a sebelum makan, setelah makan, sebelum tidur, dll… Alhamdulillah, waktu itu aku berhasil menyandang ‘JUARA PERTAMA’ di desaku (Padahal sejujurnya aku belum pernah tahu do’a-do’a tersebut, lupa juga siapa yang mengajarkan waktu itu, kapan dan di mana… tahu-tahu lomba sudah berlangsung)
Aku pun mendapatkan hadiah berupa 5 buku tulis, 3 pensil, 1 bulpoin dan 1 penghapus kecil… waktu itu bukan main girangnya diriku. Dan… apa yang kulakukan?? Ternyata buku-buku hadiah yang telah aku dapatkan tidak bisa bertahan lama. Setiap halaman dari setiap jumlah lembar kertas buku tersebut sudah aku penuhi dengan lukisan-lukisan terbaikku waktu itu. Gambar-gambar abstrak seperti ‘CACING’ yang tiada ujung ekornya… 5 buku habis dalam kurun waktu yang tidak lama. Daaan… seperti biasa aku mendapatkan hadiah menarik dari keluargaku berupa ‘DAMPRATAN’ dan ‘NASEHAT’ yang lagi-lagi tak pernah aku pakai… *AKU TETAP KONSISTEN DENGAN PRINSIP KEBANDELANKU*
4) Masih ada bergudang-gudang cerita ‘KEBANDELANKU’ yang telah aku ciptakan sewaktu kecil. Termasuk membuat perkemahan dari terpal, masak-masa’an di kebon bamboo, hujan-hujanan sampai sakit, motongin kain jahitan kakakku menjadi bentuk yang tak karuan, main konser-konseran anak-anak sampai nginjek-injek meja tamu yang kujadikan sebagai panggung, main pengajian-pengajian’an, main toko-tokoan, petak umpet sampai lupa belajar, suka main dan mandi di kali (sampai aku dijuluki ratunya ‘MANDI di KALI’ sering dimarahi juga sama keluarga dan tetanggaku, tapi tetap saja ‘MENTALL’… :D)…dll, Semua kebiasaanku itu telah sangat mengganggu keharmonisan keluargaku… *Aku memang sosok yang suka bikin onar dan ribut…*
Bahkan ada yang lebih parah, ‘AKU PERNAH MELEMPAR TEMANKU (LAKI-LAKI) PAKAI BATU HINGGA KEPALANYA BERDARAH’, Alhasil, aku pun menjadi bulan-bulanan kemarahan keluargaku, teman-temanku hingga keluarga si anak yang menjadi korban ‘KEGANASANKU’
Pernah juga suatu ketika ayahku memotong rambutku hingga dicukur seperti laki-laki (secara, ayahku dulu pernah berprofesi sebagai tukang cukur, walau profesi sesungguhnya adalah seorang PETANI), akhirnya aku histeris dan menyesali hasil cukuran ayahku… Bibirku hanya bisa manyun-manyun, dan hampir tiap hari aku menjadi bahan ejekan teman-teman sekampungku, mereka puas akhirnya bisa mengejekku yang notabene aku suka bikin hal-hal aneh di sekitar mereka… *Duuuh,, malang nian nasibku…:(*
Cerita-cerita pengalaman kecilku kini menjadi kenangan yang tak terlupakan ketika aku sudah menginjak di usia sekarang. Ada hal-hal yang bisa kujadikan renungan, banyak hal yang bisa kuambil ibrohnya, dan beberapa justru bisa menjadi kenangan terindah yang kadang membuatku tersenyum-senyum sendiri kaya orang Stresss…ckckckck :D, memang indah ketika kita memiliki masa kecil yang membahagiakan, walaupun pada kenyataannya dulu sering membuat masalah. Namun, yang tak bisa kubayangkan adalah ‘GIMANAAA RASANYA ORANG TUAKU DULU MENGHADAPI SIKAPKU YANG SUKA BIKIN RUSUH, PUSING TENTUNYA…ckckckckck :D’
Jika kuputar kembali memoriku menuju masa lalu, ternyata baru kusadari sungguh besar ‘ANUGERAH’ yang telah Allah berikan padaku untuk sekarang ini. Aku bisa melanjutkan studiku hingga perguruan tinggi, bisa berbaur dengan soso-sosok luar biasa yang kutemui di sini (Yogyakarta) yang dulu belum pernah kutemukan di sana (Jepara), aku bisa mengambangkan diriku lebih jauh saat-saat aku menjadi mahasiswa di kampus ungu tercinta, walau sesungguhnya masih buuuanyak ilmu yang belum kusentuh.. Namun, yang terpenting bagiku adalah pengalaman yang tak terlupakan, karna pengalaman adalah guru yang terbaik. Justru dari pengalaman kita bisa belajar, kita bisa memetik hikmah dalam setiap kejadian yang kita alami, kita bisa menjadikan pengalaman kita sebagai kenangan yang tak terlupakan dalam memori kita hingga kita dewasa dan menikah nantinya. Paling tidak… ada cerita buat anak-anak atau cucu-cucu kita kelak nantinya…hehehe
Dan, ketika seandainya aku ditanyakan kembali oleh kakakku ‘Apakah aku sudah mencapai impian-impianku yang dulu hampir cuma sebagai angan-angan belaka?’, mungkin aku hanya bisa menjawab bahwa aku sedikit sudah merasakan apa yang telah kuimpikan dulu, namun masih banyak yang belum kuperoleh dan kupersembahkan terutama untuk dirinya (kakakku) dan keluargaku. Hampa rasanya ketika aku belum bisa berbuat yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga dan orang lain. Ketika aku masih belum bisa menjadikan hidupku bermanfaat untuk orang lain, mengabdikan ilmuku untuk masyarakat, membahagiakan keluargaku dengan kabar gembira yang aku bawa untuk meraka, aku merasa belum bisa dikatakan sebagai orang sukses. Aku masih harus banyak belajar lagi, meski apa yang akan kujadikan ilmu adalah tentang kehidupan ini… Aku akan merasa bisa menjadi sukses ketika aku berhasil diwisuda dalam sekolah kehidupan menjadi ‘SARJANA KEHIDUPAN’
Yogyakarta, 15 November 2010
05.15 WIB
At kamar favoritku “Asrama Pocut Baren”
*Pagi yang ceraaaaah… Janji mau ke tempat ‘MR’ ku…^^*
0 komentar