Menikah adalah salah satu Sunnah Rosul yang sangat dianjurkan oleh Islam, merupakan amal penyempurna setengah Dien…
Menikah, satu kata yang mungkin sangat membuatku merasa tak nyaman mendengarnya dikala usiaku masih menginjak usia remaja, 7 tahun silam. Aku merasa bahwa menikah adalah salah satu tindakan paling bodoh bagi para remaja yang masih memiliki masa depan panjang. Karna kala itu aku juga masih dalam masa-masa kelulusan SMP (baca: MTs).

Kata menikah memang sempat membuatku merasa alergi bahkan jijik jika mendengarnya. Alasannya cukup beraneka ragam:

1. Bahwa pada masa-masa tersebut kita masih memiliki masa depan panjang dalam mengarungi perjalanan kita untuk menuntut ilmu dan mencari pengalaman

2. Aku menganggap bahwa menikah adalah jalan terakhir ketika masa-masa pasca kelulusan sekolah, mereka tak memilki pilihan lain selain dengan jalan menikah. Bisa jadi karna factor tidak memiliki skill pekerjaan, atau karna tak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan, atau karna ada rasa malas untuk belajar dan menggali pengalaman lebih jauh, atau yang terakhir karna factor “Perjodohan” dari pihak orang tua, jadi mau tidak mau mereka harus mengikuti kemauan orang tuanya tersebut.

3. Aku menganggap bahwa jalan menikah saat itu adalah pola pemikiran yang “KOLOT” dari para pelaku pernikahan atau orang tua, karna apa yang ada dalam fikiran mereka adalah bahwa kehidupan kita (terutama bagi para kaum perempuan) pada akhirnya berujung di gerbang pernikahan (pendapat ini tidak ada salahnya) namun jika kita kaji lebih dalam sesungguhnya kita belum cukup bekal dan ilmu dalam menunaikan Sunnah Rasul tersebut. Bahkan salah satu rekankuku mengatakan bahwa “tak ada gunanya kita melanjutkan sekolah, karna toh pada akhirnya kita bakal menjadi ibu rumah tangga yang kerjaanya hanya mengurusi rumah dan dapur (Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda tak sanggup menerima pernyataan rekanku tersebut, karna aku masih memiliki pandangan jauh ke depan dalam mencari bekal dengan menuntut ilmu dan mencari banyak pengalaman demi masa depanku kelak).”

4. Jika sudah menikah, maka tahap selanjutnya adalah kita bakal memiliki anak. Tak bisa kubayangkan, jika pada masa usia remajaku dulu, usia yang masih relative muda, kita sudah dibebankan dengan masalah rumah tangga, terutama masalah anak. Merasa bahwa kedua beban tersebut tak kuasa aku tanggung karna apa yang ada dalam fikiranku, menikah adalah satu hal yang membuatku risih jika mendengarnya.

5. Alasan yang terakhir adalah menyangkut BUDAYA dan POLA PIKIR masyarakat awam. Bahwa hakikat kehidupan kita ini adalah bagaimana kita pintar dalam menghidupi diri sendiri dan keluarga. Hidup adalah untuk mencari uang, makan, mengurus anak, mengurus rumah, dan lain sebagainya. Padahal hakikat dari kehidupan kita di dunia ini adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah (mungkin pemikiran ini belum kusadari sejak dulu). Pola pikir masyarakat yang sudah turun temurun terutama bagi mereka yang masih awam (bisa jadi karna factor tradisi, dan yang paling mempenaruhi adalah karna factor pendidikan yang masih tergolong rendah)

Haha… Menikah… Begitu rendahnya aku dulu memandang istilah tersebut. Padahal nilai ibadanya tinggi, yakni melaksanakan separuh agama (Keren bukan??).
Kini, ketika aku sudah menginjak usia dewasa, terutama pasca kelulusanku dari kuliah, ternyata secara alami dan seiring bergulirnya waktu, fikiranku mengarah kepada “PERNIKAHAN” yang menjadi impian setiap insan di dunia. Ketika istilah itu terdengar di telingaku, seolah-olah ia mampir dan mengendap dalam memori otakku, hatiku jadi merinding dan berdebar-debar acapkali mendengarnya.

Ya, rupanya aku juga ingin menikah. Aku sangat menginginkan masa-masa yang tak tahu takdir akan menemukanku dengan siapa, di mana dan kapan akan terjadi. Dulu aku berfikir menikah hanya untuk menikmati fitrah lahir manusia yang sudah dirundung asmara dan cinta yang merasuki jiwa. Namun, ketika kutahu bahwa menikah bukanlah untuk menjadikan kita dari muhrim menjadi muhrim, karna bahasan menikah sangat luas terutama kaitannya dengan apa yang akan kita lakukan setelah akad dan waalimah terselenggara. Komitmen bersama harus dibangun sebelum pernikahan itu terjadi. Masalah cinta, justru biasanya terjadi setelah pernikahan ketika masing-masing sudah sangat mengetahui hingga ke akar-akarnya.

Pernikahan itu begitu suci. Wajar jika Islam mengaturnya dengan hukum yang sangat ketat. Banyak sekali penjabaran-penjabaran mulai dari pra, saat dan pasca pernikahan. Semua sudah diatur secara lengkap oleh Allah dalam kitab suci Al-Qur’an serta sunnah Nabi yang menjadi pedoman kita dalam bertindak terhadap segala hal yang menyangkut kehidupan kita di dunia ini.

Pada intinya, ajaran islam adalah Rohmatan Lil ‘Alalamiin. Semua hukum yang sudah ditentukan oleh Allah adalah semata-mata demi kebaikan seluruh makhluk-Nya, terutama kita sebagai seorang manusia yang dibebankan amanah oleh Allah dalam memakmurkan jagad raya ini. Bahkan dalam urusan pernikahan pun Islam tidak memberatkan pemeluknya. Asalkan kita melaksanakannya sesuai dengan tuntunan. Berbeda dengan adat-adat yang acapkali mengatur proses pernikahan hingga walimahan dengan seabrek-abrek tradisi yang terkadang justru sangat memberatkan oleh salah satu atau bahkan kedua belah pihak, hinnga terkadang pernikahan gagal dilakukan karna budaya yang begitu primitive tersebut.

Dan, ketika orang-orang terdekatku tengah melangsungkan pernikahan, hanya rasa iri yang sering muncul dalam hatiku seraya berfikir “Kapan aku bisa menyusul mereka?” Bahkan aku terkadang membayangkaan siapa kelak pemuda yang akan menjadi suamiku, apakah orang-orang terdekatku ataukah justru Allah mempertemukanku dengan sosok yang tidak aku duga-duga sebelumnya.

Kapan aku akan menikah…????

Karna aku sempat berfikir tujuan-tujuan yang hendak kucapai tatkala aku sudah memasuki gerbang pernikahan. Harapan yang cukup umum dan sering dijabarkan oleh berbagai pihak yang akan melangsungkan pernikahan, yakni:

“Membangun rumah tangga yang harmonis (sakinah, mawaddah warohmah). Menjadi keluarga yang bermanfaat untuk agama, masyarakat, bangsa dan negara. Menjadikan keluarga sebagai jembatan ilmu dan meraih Surga Allah. Memiliki anak-anak yang sholih dan sholiha yang berbakti kepada kedua orang tua, berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara. Akan kujadikan pernikahan ini sebagai jembatan menuju kebaikan, memperoleh ridho dan maghfiroh dari Allah, memperbaiki dan mengembangkan diri lebih jauh untuk agama dan saudara-saudaraku. Kujadikan keluarga ini sebagai media untuk berilmu dan beramal, bershodaqoh dan semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta, Allah Subhanahu Wa-Ta’ala.”

Semoga kita senantiasa diberikan pendamping oleh Allah sebaik-baik pendamping dari-Nya, IMAM yang senantiasa selalu berdiri di depan kita, sosok yang akan menngandeng kita menujun Surga Allah… Aaamiiin…
^_^

Diposting oleh Milania Az-Zahra on Selasa, 30 November 2010
categories: edit post

1 Responses to MENIKAH ^_^

  1. klau sekarang mgkn anda sudh terpikir untuk memiliki anak.,.,., wkwkwk

     

Posting Komentar

About Me

Foto saya
I'm a simple woman... ^_^

Recent Post

Recent Comments

Guestbook (Cuap-cuap)


ShoutMix chat widget